Diantara sekian banyak partikel yang ada di dalam bahasa jepang partikel wa adalah partikel yang sering muncul dalam percakapan. Sebelumnya telah dibahas bahwa partikel wa ketika digunakan sebagai partikel maka ditulis menggunkan huruf hiragana “haí” は, tetapi dilafalkan wa, jadi dalam hal ini perlu dibedakan antara wa (は) sebagai partikel dan wa (わ) sebagai suatu huruf (suku kata).
1. Penggunaan partikel wa dalam kalimat positif
S + は + P + です
Wa desu
Rumus diatas, merupakan pola kalimat yang paling sederhana dalam bahasa jepang. Subjek (S) dapat berupa kata benda, nama orang, kata ganti orang, kata tunjuk, dan sebagainya. Sementara, predikat (P) bisa saja nama orang, kata benda, kata sifat, nama profesi, dan sebagainya.
Partikel wa ini sebenarnya tidak bermakna, meski terkadang nuansa artinya mirip dengan kata “adalah”, atau “sebuah”. Fungsi wa dalam sebuah kalimat adalah sebagai sebagai penanda subjek, jadi kata sebelum wa merupakan subjek atau topic dari kalimat. Sedangkan kata desu, juga tidak mempunyai arti. Kata desu hanya berfungsi sebagai penutup sebuah kalimat positif yang predikatnya berupa kata benda atau kata sifat. Sementara, untuk kalimat yang predikatnya kata kerja, diakhiri dengan –masu (nanti akan dibahas).
Contonya:
わたし は ユイ です
Watashi wa YUI desu
(Saya adalah YUI)
あの ひと は だいがくせい です
Ano hito wa daigakusei desu
(Orang itu mahasiswa)
*Watashi=saya
*Daigakusei=mahasiswa
*Hito=orang
2. Penggunaan partikel wa dalam kalimat tanya
S + は + P +です + か
Wa desu ka
Rumus diatas merupakan rumusan yang digunakan untuk membuat kalimat pertanyaa. Apabila dalam bahasa Indonesia, kalimat Tanya selalu diakhiri dengan tanda Tanya (?), berbeda halnya dalam bahasa jepang, kalimat tanyanya diakhiri dengan partikel ka.
Contohnya:
あなた は ユイ さん ですか
Anata wa YUI san desuka
(Apakah anda nona YUI)
ユイ さん は にほんじん ですか
YUI san wa nihonjin desuka
(Apakah YUI orang jepang)
*Anata=anda
*nihonjin=nihon=jepang, jin=orang (digunakan untuk menanyakan asal Negara seseorang, kata jin tidak dapat berdiri sendiri), jadi dalam hal ini arti dari nihonjin adalah orang jepang.
*San=kata ini ditambahkan dibelakang nama orang, artinya bisa tuan, nyonya, nona, atau saudara. Digunakan untuk menyebut nama orang lain, untuk menyebut nama sendiri tidak perlu digunakan.
3. Penggunaan partikel wa dalam kalimat negatif
S + は + P + でわ ありません
Wa dewa arimasen
Dewa arimasen adalah bentuk negatif dari desu, bisa diartikan “bukan”. Kata ini sering digunakan untuk menyangkal sesuatu, tapi terkadang orang jepang juga menggunakan じゃ ありません (ja arimasen) akan tetapi kedua kata ini mempunyai arti yang sama.
Contohnya:
わたし は ユイ でわ ありません
Watashi wa YUI dewa arimasen
(saya bukan YUI)
かのじょ は ユイ でわ ありません
Kanojo wa YUI dewa arimasen
(Dia (perempuan) bukan YUI)
*Watashi=saya
*Kanojo=dia (digunakan pada perempuan)
Sedangan untuk bentuk negatif lampaunya digunkan kata dewa arimasen deshita. Kata dewa arimasen deshita adalah bentuk negatif lampau, yang artinya “dulunya bukan”/”bukan mantan”, “bukan bekas”.
S + は + P + でわ ありません でした
Wa dewa arimasen deshita
Contonya:
ユイ さん は かんごふ でわ ありません でした
YUI san wa kangofu dewa arimasen deshita
(Nona YUI bukan mantan perawat)
わたし は こっく でわ ありません でした
(Saya bukan mantan koki)
*Kangofu=perawat
*Kokku=koki
4. Penggunaan partikel wa yang diikuti kata deshita
S + は + P + でした
Wa deshita
Kata deshita adalah bentuk lampau dari desu, berarti “dulunya adalah”, “mantan/bekas”.
Contohnya:
わたし は せんせい でした
Watashi wa sensei deshita
(Saya (dulunya) adalah guru)
かれ は いしゃ ですた
Kare wa isha deshita
(Dia (laki-laki) (dulunya) adalah dokter)
*Sensei=guru
*Kare=dia (digunakan pada laki-laki)
Baca Selengkapnya...